Kaos Palestina-Penderitaan Anak Palestina

Penderitaan Anak Palestina

Berita Palestina Lainnya

Anak-anak di Palestina akrab dengan bahasa-bahasa yang merefleksikan pengalaman mengerikan mereka. Akibat penjajahan zionis Israel, anak-anak Palestina menderita tekanan psikologis dan trauma.



Menurut cerita Amal Yunis, seorang guru di Gaza, ketika ia menempelkan gambar apel (Apple), bunga (Flower) dan kelinci (Rabbits) dengan warna-warna mencolok untuk membuat anak-anak senang melihatnya, malah anak-anak itu mengubah maknanya. Siswa-siswi kecil yang tak berdosa itu menyandingkannya dengan kata-kata mengerikan. Seperti “Fear” (takut), “Flee” (mengungsi) dan “Fire” (api, kebakaran).



Hal itu menjadi lumrah ketika ledakan bom, deru pesawat tempur, hingga bunyi rentetan senjata, selalu menghiasi kehidupan mereka. Jangan heran jika obrolan anak-anak Palestina melulu berkutat seputar senjata, pemboman dan pertempuran.

Merampas Sifat Anak

“Mereka lupa apa itu damai, gembira dan lucu. Mereka hanya ingat tentang perang, darah dan kematian,” ungkap Fadl Abu Hayen, Direktur Center for Social Rehabilitation and Crisis Management.

Anak-anak di Gaza sekarang, telah kehilangan masa kanak-kanak, yang seharusnya bisa mereka nikmati dengan keriangan dan kehangatan. Sebuah studi yang dilakukan Universitas Queen, Kanada menyebutkan, pola kekerasan yang dialami anak-anak Palestina mengakibatkan dampak psikologis yang sangat serius dan butuh waktu bertahun-tahun untuk memulihkannya.




Mengobati luka psikologis anak-anak Gaza adalah tugas berat, selain tugas membangun kembali fisik wilayah Gaza. “Anak-anak banyak yang kesulitan untuk kembali melakukan aktivitas rutinnya,” kata Dr. Rawya al-Burno, konsultan psikiatri di Gaza.

Menurutnya, butuh waktu sangat panjang untuk memulihkannya. Anak-anak di Gaza, imbuh Dr. Rawya, mengalami trauma psikologis hebat. Mereka kehilangan rasa aman, tak bisa tidur, fokus, kehilangan nafsu makan, dan tidak mau lepas dari jangkauan orangtua mereka.

Tiga minggu pertama tahun baru, anak-anak Gaza tak bisa lelap tidur akibat bunyi ledakan-ledakan. Sekarang, sulit bagi mereka untuk kembali menjalani kehidupan normal. “Banyak anak menunjukan perilaku “berlebihan”, seperti suka mengompol,” papar Dr. Rawya.

Salah seorang anak Palestina menulis dalam suratnya, “Nama saya Aseel. Saya berumur delapan tahun. Saya punya hak untuk hidup, belajar dan bermain. Tapi orang-orang Israel merampas itu semua dari saya.”

Hidup dalam Ketakutan

Samir Zaqut, psikolog Gaza Community Mental Health Programme, lembaga non-pemerintah yang beroperasi di Gaza menyatakan, serbuan mutakhir Israel ke Gaza akan terus jadi bayang-bayang mengerikan dan tak terlupakan bagi anak-anak Palestina. Serangan bom dan peluru kendali rentan menyebabkan tekanan pascatraumatis pada diri mereka. Seperti depresi, insomnia, bahkan kemungkinan besar skizofrenia.



Selain penderitaan psikologis diatas, anak anak palestina juga banyak yang mengalami penderitaan fisik. Banyak anak anak palestina yang mengalami cacat tubuh karena serangan bom israel.



Dan tidak sedikit juga anak anak palestina yang menjadi yatim piatu karena kedua orang tuanya di bunuh israel. Rumah dan tempat berlindung anak anak palestina juga porak poranda tidak luput dari incaran bom pesawat israel, dan mereka juga tidak bisa bermain karena taman bermain mereka ikut hancur.


Anda baru membaca Berita Palestina dengan judul Penderitaan Anak Palestina. Follow Instagram Kami di @KaosPalestina untuk mendapatkan informasi seputar berita palestina.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar